Saya bergabung di sebuah komunitas yang bernama anak pulau,
tanpa terasa sudah hampir setahun komunitas ini terbentuk, karena namanya anak
pulau, sudah barang pasti kegiatannya tidak jauh dari pulau, salah satu tujuan
dibentuknya komunitas ini adalah supaya anak lokal bisa lebih mengenal pulau
kecil yang tersebar di wilayah Kepri (Kepulauan Riau), selain itu juga bersama
kita bisa membantu meningkatkan minat wisatawan untuk lebih mengenal Kepri dan
membantu meningkatkan perekonomian warga sekitar, dengan menyewa alat
transportasi laut berupa boat, dan membeli makanan yang mereka jajakan serta menyewa penginapan sederhana yang mereka sediakan.
Sunrise di pulau Mubut Darat "Pulau tidak berpenghuni"
Happy 1st Anniversary Anak Pulau
Untuk merayakan hari jadi komunitas anak pulau, atas saran salah satu blogger , kami diarahkan pergi ke pulau Mubut. Pulau Mubut
sendiri terbagi menjadi dua, yaitu Mubut darat dan Mubut laut, letaknya
berdepanan dengan Desa Sembulang. Desa Sembulang sendiri letaknya diantara
jembatan 4 menuju jembatan 5 Barelang. Gerbangnya berwarna kuning disebelah
kiri jalan. Dari gerbang dibutuhkan perjalanan 15 menit untuk mencapai desa
Sembulang. Sementara untuk mencapai pulau ini, kita harus menyeberang
menggunakan boat dan dikenakan biaya 40ribu untuk perjalanan PP.
Sunset di pelabuhan Sembulang
Perkiraan kami sampai di pelabuhan Sembulang adalah jam 4,
tetapi dikarenakan drama menunggu dan 1 rombongan mobil nyasar sampai ke
Jembatan 6, akhirnya kami berangkat jam 5 lewat, begitu sampai pulau, hari
sudah mulai gelap dikarenakan pulau Mubut Darat yang kami datangi ini tidak
berpenghuni, jadi suasananya gelap gulita, Hadeeeh.. awalnya saya sempat dag
dig dug serrr.
Untungnya di Pulau Mubut Darat ini sudah tersedia beberapa
gazebo untuk beristirahat dan meletakkan barang bawaan kita, di pulau ini
untuk pertama kalinya saya mencoba sholat di alam terbuka. Semilir angin yang
lembut menyentuh kulit membuat saya berucap syukur karena sudah diberikan
kesempatan untuk merasakan sensasi berbeda dalam beribadah memohon ampunan
kepada pencipta alam dan seluruh isinya, Alhamdulillah.
Suasana pada saat pertama kalinya sampai di pulau Mubut
Langit semakin pekat, pertanda malam telah tiba, api unggun pun telah siap dihidupkan,
saatnya kami memulai membentuk lingkaran, mendengarkan curhat dan keluhan
masing masing personil dan saling memaafkan, karena dalam sebuah perkumpulan,
sudah pasti ada yang pernah cek cok atau salah dalam berkata kata, intinya
dalam setahun kita sudah mulai paham akan watak teman kita, memulainya dengan
saling memaafkan dan membuka lembaran baru tentunya tidak akan menjatuhkan
harga diri masing masing, justru dengan adanya sebuah perkumpulan kita bisa
saling belajar dari setiap kesalahan yang pernah terjadi, dan memperbaiki diri
untuk kedepannya. Setelah itu kami potong kue, simbolis hari jadi anak pulau.
Malam sudah semakin larut, kami mempersiapkan diri untuk
tidur, ada 17 orang, 4 orang tidur ditenda, selebihnya tidur di gazebo yang
paling besar, tiba tiba ada yang berteriak, ikan biliiiiissss, banyaaaakk!!
dengan rasa penasaran akhirnya saya menuju bibir pantai, benar saja ternyata
perairan pulau Mubut masih sangat jarang dijamah orang, ikan bilis pun asik
mengikuti lampu senter hape yang teman saya arahkan, kemudian saya balik lagi
untuk merebahkan badan yang mulai lelah. Tengah malam terdengar rintik hujan menerpa atap daun kelapa, tempat peristrahatan kami. Walaupun sudah larut tetap saja ada yang
berisik -____- alhasil saya terlelap setelah jam 3 subuh, kemudian jam 5.40
bangun lagi untuk sholat, setelah itu kami beramai menanti sunrise.
yeeeyy, sunrise
Gundukan pasir ini akan hilang sewaktu air pasang
yeyeye lalalala
Ini balonku, mana balonmu? uni Yanti, ce Siawthing and Ms Yuni
eak, pelampung cantik ikutan eksis
Pasir putih sepanjang pantai
Pantai pasir putih tampak dari kejauhan
Beberapa dari mereka sudah berhamburan menikmati segarnya
air laut di pulau Mubut, lalu saya juga segera menyusul mereka untuk
menceburkan diri diperairan jernih pulau Mubut. Seumur hidup baru sekali saya
benar benar menanti matahari terbit, sholat di alam terbuka, dan untuk pertama
kalinya saya berhasil mengapung tanpa menggerakkan tangan maupun kaki, belajar
terjun ala ala perenang handal tapi gagal, lalu saya bisa tidur di atas air
dan menatap birunya langit, kemudian mengajarkan dua orang sahabat saya, Yanti
dan Eka Dewi ^-^ untuk belajar mengapung di atas air.
Setelah cukup puas berenang sampai tangan dan kaki mengembang akhirnya kami
bersiap untuk pulang, tapi apa mau dikata, rintik air yang turun dari langit mulai membasahi bumi dengan
derasnya, jadwal pulang jam 9 jadi sedikit terlambat menjadi jam 11 siang, dikarenakan hujan dan
rumah saya yang letaknya cukup jauh, akhirnya saya sampai dirumah jam setengah
3 sore, melelahkan namun menyenangkan. Sekian cerita pulau Mubut sampai bertemu di cerita perjalanan selanjutnya. ^-^